Desain prototype untuk barang/jasa

TUGAS PKK MENGANILISIS DESIGN PROTOTYPE

Nama     : Bima Sanggraloka

Kelas     : XI-TKJ-1

Absen    :39


A. Kompetensi Dasar

3.4. Menganalisis konsep desain/prototype dan kemasan produk barang /jasa


B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Pengetahuan :

3.4.1. Menjelaskan konsep desain/ prototype dan kemasan produk barang/jasa

3.4.2. Menentukan konsep desain/prototype dan kemasan produk barang/jasa

Ketrampilan :

4.4.1. Menyajikan desain/ prototype dan kemasan produk barang/jasa


C. Materi Pokok


(1) PENGERTIAN PROTOTYPE PRODUK


Fenomena dewasa ini banyak manajer menjalankan Total Quality Management (TQM)

sebagai prioritas untuk peningkatan dan pengendalian kualitas produk. Karena kualitas

suatu produk berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan (customer satisfaction)


serta keuntungan industri. Dengan kualitas yang lebih tinggi akan menghasilkan

kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi

dan sering juga biaya lebih rendah.


Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan pada produk akhir. Hal ini

penting agar produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak

ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang atau dikerjakan ulang. Maka

sebaiknya perhatian terhadap kualitas harus dimulai pada saat awal pembangunan

produk. Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal pembuatan produk

adalah pembuatan prototipe produk.


Prototipe produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk

merupakan tahapan yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena

menyangkut keunggulan produk yang akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa

mendatang. Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena prototipe dibuat

untuk diserahkan pada pelanggan (lead–user) agar pelanggan dapat mencoba kinerja

prototipe tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun masukan

mengenai protipe tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses

perbaikan prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk yang

dibangun bersama-sama antara industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan

kepuasan pelanggan (customers).


Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama

seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses

sebenarnya ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja

sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk memuaskan kebutuhan pelanggan.

Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang disebut beta prototype yang

dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit

dengan proses akhir ditujukan untuk menjawab pertanyaan akan performance dan

ketahanan uji untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.


(2) TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE

Berikut tahapan prototype:

1. Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang

berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk

perancangan termasuk aspek hukum produk dan aspek hukum yang melibatkan

keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.


2. Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara

keseluruhan dan dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan

konsep dari pembuatan produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai

dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga dibangun untuk menguji

parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe rekayasa.


3. Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnya working model

namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari

working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat

diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan

produksi.


4. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional dan

kebutuhan rancangan sistem produksi.


5. Prototipe produksi (production prototype): bentuk yang dirancang dengan seluruh

fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun

pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan

produk dan part-nya.


6. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan

diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk

memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap

produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.


7. Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka

produk perlu memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang

terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan

(wear–and–tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan

konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.


8. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun

(look–like–models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan

produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk

memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk

maupun lingkungan user.


9. Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun

jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung

resiko responden akan menyamakannya dengan produk akhir.


(3) PENGERTIAN KEMASAN PRODUK

Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra,

tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat

dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim,

mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar

(Klimchuk dan Krasovec, 2006:33).


Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan

memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah

aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk.

Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang

kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti,

2010:132).


Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan

mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli

dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya

dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian

barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya

dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang

memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.


(4) FUNGSI KEMASAN PRODUK

Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang sebab

mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi

jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007) mengemukakan pengemasan

mempunyai dua fungsi yaitu:


a) Fungsi Protektif

Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan

saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan

pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko

pembelian produk rusak atau cacat.


b) Fungsi Promosional

Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun

kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi,


perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna,

ukuran, dan penampilan.

Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu

alat pemasaran, yaitu :

a. Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses

penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk,

meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung

produk.


b. Consumer offluence. Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi

kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih

baik.


c. Company and brand image. Perusahaan mengenal baik kekuatan yang

dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat

konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.


d. Inovational opportunity. Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi

konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen.

Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi

lain, yaitu sebagai berikut:


a. Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar

kemasan adalah untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau

kehilangan melalui pencurian atau kesalahan penempatan.

b. Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada

sebuah produk dan memperkuat citra produk.

c. Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual

produk dengan menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.


(5) TUJUAN KEMASAN PRODUK

Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai

beberapa tujuan, yaitu:

1. Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan

dan sebagainya.


2. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan

sebagainya.


3. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan

bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.


4. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi,

daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan

atau label.


5. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak

secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam

pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai

perangkat anti-pencurian.


6. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan,

tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali.


7. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon

pembeli untuk membeli produk.


(6) JENIS-JENIS KEMASAN

Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng

susu, botol minuman, dll).

2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok

kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak

kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.

3. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan,

pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai

pelindung selama pengangkutan.

Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang

setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus

daun, karton dus, makanan kaleng.


2. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini

umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen

penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol

minuman dan botol kecap.


3. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya

digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai.

Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.

Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


1. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk

yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol,

wadah kaleng, dan sebagainya.

2. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan

sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder

fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.


(7) PENGERTIAN SKETSA

Menurut Linda Murray dan Peter, Sketsa adalah rancangan kasar dari suatu komposisi

atau sebagian komposisi dibuat demi kepuasan pribadi. Pada tahap ini ada beberapa

hal yang menjadi acuan yaitu skala, perbandingan, komposisi, penyinaran dan lain

sebagainya.

Sementara menurut H.W Flower, Sketsa adalah begitu saja tanpa persiapan.

Merupakan gambaran atau lukisan pendahuluan yang kasar, ringan dan semata-mata

garis besar. Kegiatan menggambar sketsa pada dasarnya memerlukan alat dan bahan

yang sangat sederhana untuk dapat membuat tanda goresan yang mewakili bentuk

sesungguhnya.

Beberapa garis yang digoreskan pada bidang datar dapat memberikan suatu kesan

simbol tentang bentuk yang ada di sekitar kita atau gagasan tentang sesuatu yang

terlihat dan terlintas dalam benak seseorang.

Dengan demikian pikiran dan perasaan dapat diungkapkan dalam bentuk visual melalui

kegiatan menggambar, sehingga menggambar termasuk kegiatan mendasar dalam

berkarya seni rupa.


Kegiatan menggambar sketsa dapat dianalogikan dengan kegiatan menulis. Ketika kita

hendak menulis, sebelum dapat menulis kalimat yang baik kita cenderung menulis dan

merangkai beberapa kata terlebih dahulu hingga diperoleh kalimat yang sesuai.

Demikian pula halnya dengan kegiatan menggambar sketsa. Sebelum dapat membuat

karya seni rupa yang utuh, umumnya para seniman membuat sketsa terlebih dahulu.

Menurut Fajar Sidik (1981) garis atau penggarisan merupakan unsur yang paling

menonjol hakiki dalam seni lukis, akan tetapi pada dasarnya terdapat perbedaan antara

sketsa dengan lukisan. Ada ungkapan yang menarik yang disampaikan oleh Kusnadi,

seorang seniman dan kritikus seni rupa.

Sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkes yang

lengkap.

Ungkapan ini menyatakan dua hal, pertama, sketsa sebagai ungkapan estetis

dihadirkan secara sangat sederhana karena menggunakan garis secara hemat dan

selektif.

Umumnya sketsa dikerjakan dengan cepat dan secara spontan. Jika sketsa dibangun

oleh unsur-unsur garis sebagai medium utamanya, lukisan merupakan ungkapan

lengkap, dalam arti penyajiannya dibangun dengan menggunakan unsur-unsur lain,

seperti tekstur, kedalaman/ruang, gelap-terang, dan warna di samping unsur garis.

Bahkan, dalam lukisan unsur warna menjadi penting sebagai unsur tambahannya

(Schinneller,1966). Sebagaimana halnya dengan karya lukisan, sketsa juga memiliki

keragaman tema, gaya dan teknik pengungkapannya. Perbedaan yang mencolok

hanyalah pada medium pengucapannya.


(8) JENIS-JENIS SKETSA

1. Gambar garis besar yaitu sketsa yang membuat garis-garis bentuk sederhana

tanpa rincian dan tidak selesai.

2. Sketsa cepat yaitu sketsa yang menggunakan beberapa garis saja untuk

menampilkan citra suatu sketsa yang sudah selesai.

3. Studi citra yaitu sketsa yang berupa coretan dengan cepat dan kurang terperinci

hanya menunjukan bentuk global.


(9) KOMPOSISI UNSUR SKETSA


Komposisi memiliki peranan penting dalam terciptanya sebuah sketsa yang bagus.

Komposisi atau susunan unsur-unsur dalam seni rupa harus berada pada perbandingan

yang tepat agar dihasilkan karya yang pas. Adapun unsur-unsur dalam sketsa antara

lain :

1. Garis – Garis adalah unsur yang memiliki peran utama di dalam membentuk

komposisi. Jenis garis yang dapat membentuk komposisi : komposisi garis lurus;

komposisi garis lengkung.

2. Warna – Meskipun umumnya sketsa terdiri dari satu jenis warna, akan tetapi

pengaturan komposisi warna pada objek sktesa sangat diperlukan agar

memberikan kesan harmonis. Komposisi warna pada sketsa umumnya diatur

berdasarkan gelap terang pencahayaan.

3. Bidang dan bentuk – Bidang dan bentuk adalah unsur yang dibentuk melalui

garis-garis yang disusun atau digores sedemikian rupa. Keharmonisan dari

komposisi bentuk ditentukan dari berbagai faktor unsur-unsurnya yaitu simetris,

asimetris, sentral, dan diagonal.

4. Efek pencahayaan – Unsur gelap terang merupakan pelengkap dalam

pengkomposisian warna. Meskipun sketsa cenderung berupa gambar kasar yang

tidak selesai, akan tetapi goresan-goresan yang dihasilkan kerap kali

menghasilkan efek gelap terang sehingga sebuah objek dapat diamati dengan

cukup jelas.


(10) ATURAN DALAM MEMBUAT SKETSA

1. Membuat kerangka gambar yang terdiri dari garis-garis vertical, horizontal,

maupun lengkung secara tipis.

2. Menggambar garis sekundernya, misalnya melukis kerangka kubus atau kotak

dalam keadaan tipis

3. Menebalkan garis sketsa yang sudah benar. Ketebalan sesuai dengan karakter

jenis garis yang diinginkan.


(11) FUNGSI ATAU MANFAAT SKETSA

Senada dengan defenisinya, sktesa memiliki beberapa fungsi yaitu :

1. Untuk lebih memfokuskan gambaran atau gagasan tema

2. Meminimalisir kesalahan

3. Mempertajam pengamatan

4. Meningkatkan kemampuan koordinasi hasil pengamatan dan keterampilan

tangan.

Komentar